Jumat, 19 Juni 2015

"Tengkleng Bu Edy" |Pasar Klewer Solo|

Tengkleng is a traditional food originally came from Solo, Central Java, Indonesia . It is a stew-like dish cooked with various ingredients. It can contain mutton, goat’s rib, goat’s leg, and even goat’s head. However, most tengkleng sold in the stalll, is using ribs, mutton, or bones with an attached meat to it. The art of eating tengkleng is the use of bare hand to bite the meat and sucking the bones. Do not think it is disgusting until you try it yourself. You might find it fun and interesting. It will be an unforgettable experience for you to try. When you come to the stall, there are various menus that you can choose. The stall serves mutton fried rice, mutton satay, goat gulai (a curry-like dish) and tengkleng. Meanwhile, for the beverages, the stall provides vegetable juice to accompany your meal.

From Yogyakarta to Solo and return we can go by Train : Pramex, Sriwedari and Madiun Jaya from Yogyakarta train sta or Lempuyangan train sta.
 
Tengkleng Bu Edy located in front of "Klewer" Market Solo .





Sabtu, 27 Desember 2014

Catatan Buku Kumal | Suatu Keputusan! |

Lagu 'Smooth Operator' nya Sade masih terdengar sayup-sayup di ruangan yang agak remang itu. Tangan kuatnya masih memegang salah satu buku catatan jurnalnya. Sesekali dipandanginya. Dibuka- buka halamannya. Kadang terlihat wajahnya tersenyum, kadang mengernyitkan dahi. Buku-buku jurnal itu mulai ditulisnya sejak 20 tahun yang lalu. Semua peristiwa, cerita dan pengalaman-pengalaman baru dalam hidupnya tercatat rapi di situ. Mas selalu membawa buku jurnal itu ke manapun dia pergi. Buku itu kadang basah terciprat air atau terlipat entah sampai bagaimana bentuknya. Akhirnya warna sampulnya menjadi kumal. Nah karena itulah dia namakan buku kumal.

Mas ingat kata-kata sahabatnya. "Mungkin sudah saatnya Mas mengahiri dan  menutup buku kumal itu. Ganti dengan buku baru-lah mas, kasih nama baru, biar suasana hati juga menjadi baru!". Kata sahabatnya itu menyarankan. Dwi nama sahabatnya itu. Mereka saling berkenalan kira-kira empat tahun yang lalu, dilantarkan oleh sebuah sosial media. Mas sebenarnya sangat mengagumi Dwi karena kecerdasannya, keterampilannya menulis juga opini-opininya. Kadang Mas senang mendengar banyak informasi baru dari buku-buku yang sedang dibaca oleh Dwi. Begitu pula Dwi senang mendengar cerita-cerita tentang kehidupan Mas. Dari situ mereka menjadi cocok dan sering bertemu. Kulineran atau Ngopi di tempat-tempat unik adalah kesenangan mereka berdua, atau sekedar naik sepeda motor blusukan ke desa-desa dan berenang di sumber mata air. Dwi tinggal bersama Drew, pasangannya. Mereka sudah satu tahun hidup bersama. Beberapa kali Dwi mengajak Drew berkunjung ke rumah Mas, sesekali mereka makan malam bertiga. Mereka bersahabat.

Segalas kopi Wamena di atas meja mulai berkurang panasnya. Tangan kuat itu menjangkaunya kemudian perlahan diarahkan ke bibirnya lalu diseruputnya. " Masih lumayan hangat". Katanya dalam hati. Buku-buku  kumal mulai disusun menjadi satu tumpukan rapi. Diangkatlah tumpukan buku itu lalu dimasukkan ke dalam sebuah lemari kaca di dalam kamarnya. "Selamat tinggal buku-buku kumalku, kalian akan aman di sini". Mas berkata dalam pikirannya. Mas akhirnya setuju dengan saran Dwi. Sore itu telah diputuskannya menyimpan semua buku kumalnya. Dia akan memulai dengan catatan baru di tahun baru nanti. Mas juga memutuskan untuk mulai perjalanan baru dengan harapan yang baru pula. Kisah lama biarlah tertinggal di belakang sana. Kisah yang sangat mendera perasaannya sudah siap ditinggalkan. Tidak akan mengganggu pikirannya lagi. Mengikhlaskan kisah-kisah yang memang ingin pergi meninggalkannya,

Suara Sade terdengar sayup-sayup dengan lagunya 'Send Me Some One to Love'. Mas duduk di kursi kayu terasnya. Tangannya masih memegang segelas kopi Wamena. Matanya memandang dedaunan di taman depan rumahnya. Entah apa yang ada di dalam benaknya. Tentang Buku Kumalnya atau lagu 'Send Me Some One to Love'nya Sade yang sarat dengan harapan itu. Namun yang jelas Mas sedang menyematkan harapan-harapan baru di senja itu.

Rabu, 02 Juli 2014

Pink Dot Singapore | Berbagi Cinta Untuk Semua |




Sudah bertahun-tahun saya ingin menghadiri acara ini. Baru Pink Dot yang ke enam ini saya bisa hadir. Pada awal tahun 2014 iklan mengenai Pink Dot sudah di gencarkan melalui Youtube namun tanggal dan bulannya saja yang belum dipastikan. Tiga bulan yang lalu saya iseng bertanya pada teman-teman di Singapura, mereka memberi informasi bahwa Pink Dot 2014 akan diselenggarakan pada tanggal 28  bulan Juni, saat itu pula saya langsung mencari tiket promo Air Asia. Malam itu saya langsung dapat harga lumayan murah dan langsung saya beli.

Pink dot Singapore sendiri secara umum adalah suatu perayaan untuk kebebasan mencintai. Cinta adalah universal, cinta bisa kita berikan kepada siapa saja misalnya kepada sang kekasih, orang tua, saudara kandung, teman dan sebagainya. Di mana ada cinta kasih disitu pasti ada kedamaian. Makanya dlam tagline di bawah tulisan Pink Dot adalah sebuah kalimat yang tertulis  “supporting the freedom to love.”


Secara khusus Pink Dot sendiri adalah suatu gerakan yang mengkampanyekan kepedulian terhadap keberagaman orientasi seksual dan identitas gender.  Dengan merayakan keberagaman ini setidaknya memberi pendidikan kepada masyarakat bahwa di dunia ini tidak hanya percintaan antara dua jenis kelamin laki-laki  dan perempuan (heteroseksual) namun lesbian, gay, biseksual dan transgender juga transeksual mempunyai hak yang sama dalam hidup bernegara.  


Pinkdot is aimed at building a stronger, more open and inclusiveSingapore. Your presence here today is significant. For one, it raises public awareness about issues faced by LGBT Singaporeans. Two, it sends a signal to LGBT people here that thet are loved and valued inSingapore. Today’s event is 100% legit, legal and family friendly –so have fun, stay safe and be litter-free
I feel the love. Do you?

"Pinkdot bertujuan untuk membangun Singapore lebih kuat, lebih terbuka dan inklusif. Kehadiran Anda di sini hari ini adalah sangat penting. Satu, untuk menimbulkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu yang dihadapi oleh LGBT Singapura. Dua, Pink Dot akan mengirimkan sinyal kepada orang-orang LGBT yang ada di sini bahwa mereka akan merasa dicintai dan dihargai di Singapura ini. Acara ini 100% berijin secara  hukum dan untuk seluruh keluarga, jadi marilah kita bersenang-senang, tetap aman dan menjaga kebersihan "
Aku merasakan cinta. Bagaimana dengan Anda?

Memang saya merasakan banyak cinta di sana, saya sangat  terharu. Tidak ada kebencian di sana. Semua orang ingin berbagi, bernyanyi, menari dan tertawa bersama. Mereka datang ke sana serasa piknik keluarga, piknik dengan teman-teman atau kekasih masing-masing . mereka menggelar tikar  dan membawa makanan, minuman dan sambil kipas-kipas (karena cuaca panas). Sangat beragam orang yang datang, namun dress code warna pink menjadi aturan, sehingga alun-alun Honglim Park menjadi warna pink meluas dari jam ke jam. Banyak pasangan muda yang datang dengan anjing atau kucing peliharaannya. Senang melihat acara itu karena penuh haru.  Saya hanya bisa membayangkan kalau suatu hari nanti kami bisa membuatnya di Indonesia. Saya optimis pasti bisa meski dengan gaya yang berbeda.



Panitia Pinkdot  juga sudah siap dengan adanya orang yang tidak setuju dengan acara ini, mereka menyebutnya dengan istilah “opposing camp”. Tetapi karena acara ini penuh dengan cinta, maka tertulis di leafleat :

“there are hecklers/demonstrators from ‘opposing camp’. Do not engage or antagonize. However, you may wish to record/ photograph troublemaking acts to aid law enforcers”

"Jika ada demonstran dari 'kamp lawan'. Jangan terlibat atau dimusuhi. Tetapi , Anda mungkin bisa  merekam / memfoto keonaran mereka  dan melaporkan kepada aparat penegak hukum “

Semua orang yang datang ke Pinkdot harus memakai baju warna pink. Acara yang diadakan di Hong Lim Park ini tujuan maraknya adalah, membuat gambar dot besar yang berwarna pink lalu difoto dari atas gedung di seberang taman itu lalu puncaknya adalah setelah pukul 19.00 waktu setempat para peserta secara bersama-sama menyalakan senter warna pink yang sudah dipersiapkan sebelumnya, oleh karena itu dari atas akan memancarkan cahaya berbentuk jantung hati dan berwarna pink. Estimasi peserta saat itu terhitung ada 26.000 manusia. Wow… saya merinding melihatnya sampai keluar air mata. 

Sayangnya ada peraturan bahwa pesrta dari Negara lain tidak diperbolehkan ikut dalam formasi warna dan cahaya. Saya tidak tahu mengapa. Saat itu saya minggir kearah jembatan penyeberangan dan menyaksikan dari atas sana.
Lagu “We are family”,  “I want to hold your hand”, " I am what i am" dan masih banyak lagu keren mengahiri acara ini.

Kalau saja kita semua bisa mengedepankan cinta, melepas stigma buruk bagi orang-orang yang punya orientasi seksual berbeda pasti akan damai dunia ini.


Oh … Air Asia telah membawaku ke acara yang paling keren selama hidup saya dan menyadarkanku bahwa kehidupan di dunia ini sangatlah beragam, dengan cinta pasti ada damai dan acara ini membuktikan pada saya bahwa cinta itu memang universal…… 
Cinta Untuk Semua!

Kamis, 26 Juni 2014

Gili Labak | the most long journey in my life! |





Dari Jogja saya perlu waktu 9 jam sampai Krian (Sidoarjo) ini tidak bisanya karena macet + nyantai 2 jam di rumah brotherku Fitro lalu 6 jam sampai ujung Sumenep Kalianget dan menyeberang 3 jam diatas gelombang "GILA"!
Sungguh pengalaman seru! 




Kami bener bener sekelompok yang baru saling kenal, ada bermacam-macam sifat yang saya temui di sini, walaupun pada dasarnya kami bahagia di Pulau ini tetapi saya bisa melihat beberapa kegelisahan hati dari beberapa orang di kelompok ini... yang akhirnya kelanjutan pertemanan kami menjadi saling mengeluarkan curahan hati.


Pulau Gili Labak berada di sebelah tenggara Pulau Puteran atau Pulau Madura, masuk dalam wilayah desa Kombang Kecamatan Talango Sumenep, Madura, Jawa Timur. Pulau kecil yang juga dikenal dengan pulau tikus ini, mempunyai luas 5 hektare, dan dihuni sekitar 35 kepala keluarga atau 100 jiwa lebih, yakni perempuan 58 orang dan laki-laki hanya 36 orang dan selebihnya masih usai sekolah.


Untuk sampai ke pulau tersebut, para pengunjung perlu menyeberang terlebih dahulu ke pulau Poteran Kecamatan Talango melalui pelabuhan Kalianget, Sumenep. Dari pelabuhan Kalianget, bisa naik kapal tongkang dengan jarak tempuh sekitar 20 menit, kemudian sesampainya di Kecamatan Talango, langsung menuju Desa Kombang dengan jarak tempuh sekitar 40 menit. Dari Desa Kombang, para penalayan sudah siap menyewakan perahu layar mesin anatar Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu. Lalu, berlayar ke pulau Gili Labak dengan jarak tempuh kurang lebih satu jam. 


Yang telah kami lakukan bertujuh belas adalah mempersingkat perjalanan dengan mencarter kapal langsung ke Nelayan dengan harga Rp. 500.000- Rp. 800.000 per kapal dan bisa ditempuh langsung selama 3 jam karena gelombang tinggi padahal seharusnya hanya 2 jam. 


Kamis, 12 Juni 2014

Alam, Spiritual dan Kuliner |kita sedang di sekitar Semarang|





Salam Ransel Pelangi!
Sesungguhnya perjalanan dalam libur bukan berarti hanya mencari kepuasan dalam kesenangan saja, namun bisa menjadi kebahagiaan saat kita dapat belajar apa saja dari yang kita temui .........




Berawal sarapan pagi di Muntilan. Sop Empal bu Haryoko yang sangat lezat itu letak warungnya di jalan sebelah Klentheng Muntilan.
Gak perlu menunggu lama, sop emal langsung tersaji di meja kami. Penyajian sop empal ini cukup sederhana, untuk empalnya terpisah dengan nasi yang diberi kuah sop dan bihun, sedikit kubis yang sudah direbus dan bawang goreng. Sekilas emang sederhana, ketika dicoba ternyata rasanya emang enak...seger...mantap. Untuk kuahnya sendiri cenderung gurih manis, ketika di tambahkan empal yang gurih dan manis jangan lupa sambalnya yaa, rasanya jadi luar biasa enaknya :) usut punya usut, rasa empal yang enak dan teksturnya yang empuk dikarenakan proses masaknya sehari sebelumnya, agar bumbunya meresap, bumbu dimasak dengan tungku berbahan bakar arang, baru setelahnya potongan daging digoreng dengan kompor yang biasa. Seporsi empal ini harganya 16k/porsinya... cukup mahal sih,, tapi terbayar koq dengan rasanya yang TOP deh :) Jangan lupa makan dengan kerupuk gendar/karak yang ada di toples di tiap meja, makin enak jadinya.






Sambil berenang di atas bukit kita bisa menikmati indahnya lukisan semesta yang membawa kita bersyukur atas kehidupan yang diberikanNya.


Kawasan wisata umbul Sidomukti merupakan salah satu Wisata Alam Pegunungan di Semarang, berada di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Kawasan wisata ini dengan didukung fasiltas & Servis: Outbond Training, Adrenalin Games, Taman Renang Alam, Camping Ground, Pondok Wisata, Pondok Lesehan, serta Meeting Room.


Ada empat buah kolam yang bertingkat dan dapat dipilih sesuai kedalaman yang diinginkan. Airnya sangat dingin, jernih dan menyegarkan. Selain itu ditambah pula dengan beberapa sarana olahraga menantang keberanian di sisi kolam.








Pagoda Watu Gong dengan menghormat pada Dewi Kwan In dan reclining Buddha memberi kesempatan kita untuk mengerti dharma,

Vihara Buddhagaya Watugong adalah sebuah Vihara yang diresmikan pada 2006 lalu dan dinyatakan MURI sebagai pagoda tertinggi di Indonesia. Vihara Buddhagaya Watugong terletak 45 menit dari pusat Kota Semarang. Vihara ini memiliki banyak bangunan dan berada di area yang luas.

Salah satu ikon yang paling terkenal di vihara ini adalah Pagoda Avalokitesvara (Metta Karuna), dimana didalamnya terdapat Buddha Rupang yang besar. Pagoda Avalokitesvara yang memiliki tinggi bangunan setinggi 45 meter dengan 7 tingkat, yang bermakna bahwa seorang pertapa akan mencapai kesucian dalam tingkat ketujuh.

Bagian dalam pagoda berbentuk segi delapan dengan ukuran 15 x 15 meter. Mulai tingkat kedua hingga keenam dipasang patung Dewi Kwan Im (Dewi Welas Asih) yang menghadap empat penjuru angin. Hal ini bertujuan agar sang dewi memancarkan kasih sayangnya ke segala arah mata angin.

Pada tingkat ketujuh terdapat patung Amitaba, yakni guru besar para dewa dan manusia. Dibagian puncak pagoda terdapat Stupa untuk menyimpan relik (butir-butir mutiara) yang keluar dari Sang Buddha. Bagian depan pagoda juga terdapat patung Dewi Welas Asih serta Sang Buddha yang duduk dibawah pohon Bodi.

Di Komplek Vihara juga terdapat cotage untuk para tamu menginap. Tepat di depan cotage terdapat Bangunan Dhammasala. Bangunan ini terdiri dari dua lantai, lantai dasar digunakan untuk ruang aula serbaguna yang luas dengan sebuah panggung didepannya sedangkan lantai atas untuk ruang Dhammasala.

Pada bagian tembok pagar disekiling dhammasala terdapat relief yang menceritakan tentang paticasamupada. Dengan melihat relief ini kita akan lebih mudah memahami konsep paticasamupada

Semuanya bagian dalam komplek Vihara ditata dengan rapi dipadukan dengan keasrian lingkungannya serta ditambah dengan keindahan arsitektur Tiongkok menjadikan tempat ini relatif menyenangkan untuk berziarah serta beribadah maupun sekedar mampir untuk istirahat melepas lelah karena dalam perjalanan



Pasar malam Semawis memperlihatkan bagaimana keberagaman dan keakraban antar suku bangsa dan agama terjadi di sini,





, Toko tembakau mengingatkan betapa kuat bisnis kita saat itu,




situs Candi Gedong Songo menguji ksabaran ketaatan dan keseimbangan kita dengan mahluk hidup.... yang lainnya (maksudnya kerjasama dengan kuda yang kami tumpangi agar seimbang dan tidak jatuh hahahaha....)