Mendengar kata Solo yang terbayang adalah keagungan budaya dengan dua kerajaan, pasar Klewer dengan batiknya, Kuliner dan sebuah parade besar Solo Batik Carnival. Pada Minggu 18 Maret 2012 saya berkesempatan membawa kemudi Avansa sewaan ke arah Bandara Adi Sumarmo Solo bersama
kawan Dodo, namun di Solo kami bukan hanya utuk kuliner seperti ini :
Kusuma Sari Resto atau menikmati hotel Baru Fave Hotel ini, kami harus menjemput dan mengantar sorang kawan yang akan melakukan evaluasi kegiatan sebuah masyarakat minor di Surakarta. King menyebutkan sebuah lokasi yang harus kami cari. Hasilnya kami tak menemukan tempat itu dan kontak person nya pun susah dihubungi... tanpa menyerah namun kami sempatkan makan siang, tiba-tiba ada telepon dari seorang cp tapi dengan no yang lain.
Kembali ke arah yang sama yang sebelumnya kami berptar putar di lokasi itu dan akhirnya kami bertemu dengan orang yang memandu kami ke suatu rumah yang sedang ada pertemuan rutin. Rumah ibu Hadi (pengusaha Tempe) sedang mendapat giliran untuk pertemuan rutin ini. PAKORBA (Paguyuban Korban Orde Baru) suatu perkumpulan masyarakat minoritas yang anggotanya adalah para korban tahanan politik jaman Soekarno dan Orde Baru.
MEREKA ADALAH KORBAN REZIM ORDE BARU!
Kembali ke arah yang sama yang sebelumnya kami berptar putar di lokasi itu dan akhirnya kami bertemu dengan orang yang memandu kami ke suatu rumah yang sedang ada pertemuan rutin. Rumah ibu Hadi (pengusaha Tempe) sedang mendapat giliran untuk pertemuan rutin ini. PAKORBA (Paguyuban Korban Orde Baru) suatu perkumpulan masyarakat minoritas yang anggotanya adalah para korban tahanan politik jaman Soekarno dan Orde Baru.
Pertemuan ini sangat menarik perhatian saya, dari generasi berumur sampai yang muda ada di sini, at least anggota PAKORBA bukan hanya ex Tapol namun juga istri, keluarga korban bahkan para korban peristiwa 27 Juli 1996. Mereka mengaku sangat trauma dengan penangkapan itu dan sangat mendapat pabdangan sebelah mata saat mereka bebas, belum lagi selama keluarganya ditinggal mendekam di dalam penjara dan ada juga yang diasingkan di pulau Buru sangat merasakan diskriminasi dalam kehidupannya. Cerita-cerita pengalaman buruk keluar lancar dari dalam hati mereka... mata sudah tak berair lagi hanya keinginan menuntut persamaan hak adalah kebutuhan saat ini, karena mereka hanyalah korban mereka tak tahu kesalahan apa sehingga mereka ditangkap, mereka menerima ejekan dari masyarakat sesuai stigma yang dibangun rezim Orde Baru bahkan sampai saat ini pun masih saja ada yang memanfaatkan mereka untuk mencari keuntungan dengan berbagai cara membohongi mereka seolah olah akan membantu. Saya berdoa semoga tuntutan kawan-kawan berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar